Mei 2016
GAMBAR KANDANG AYAM : Mengenal Ayam Jawa Super ~ Ayam sebagai binatang piaraan sudah dikenal lama oleh manusia. Begitu juga sebagai salah satu sumber protein hewani, sudah lama juga disadari. Karena kesadaran itulah, setiap saat kebutuhan manusia terhadap ayam semakin meningkat. Demikian pula terhadap telur yang dihasilkannya.

Baca selengkapnya tentang Gambar Kandang Ayam atau ada yang ingin membuat Kandang Ayam


Dengan semakin meningkatnya kebutuhan itu, manusia berupaya sekuat tenaga mengembangbiakkan atau membudidayakan ayam. Berbagai penelitian dilakukan untuk memperoleh ayam jenis unggul, baik ayam pedaging maupun ayam petelur, hingga kemudian muncul ayam ras atau ayam negeri sebagai salah satu alternatif konsumsi yang lebih murah.

Ternyata, dinalik keunggulannya, ayam negeri memiliki kelemahan dibandingkan dengan ayam bukan ras (buras), termasuk ayam kampung. Kelemahan itu diantaranya kurang memiliki daya tahan terhadap penyakit dan cuaca, daging banyak mengandung lemak, dan rasa daging tidak selezat ayam buras. Kenyataan inilah yang membuat ayam buras terus bertahan dan tetap disukai. Apalagi, pemeliharaan ayam buras relatif lebih mudah dan populasinya cukup besar. Ayam buras bisa hidup di sembarang tempat dan di segala cuaca. Pemberian pakannya juga mudah. Bahkan perkembangbiakkannya tidak harus dengan campur tangan manusia. Bisa dikatakan bahwa pemelihaaan ayam buras tidak terlalu menuntut teknologi yang rumit.

Berkat berbagai kelebihan itu, ayam buras memiliki peran dan sumbangan yang manfaatnya sangat dirasakan oleh peternak, terutama di daerah pedesaan yang kering dan rawan gizi. Dengan demikian, jika ditangani dengan benar dan profesional, upaya peningkatan produksi ayam buras akan tepat sasaran, yakni penyediaan protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak.

Salah satu jenis ayam buras yang belakangan ini populer di daerah Purworejo, Jawa Tengah, dan sekitarnya adalah ayam jawa super. Sampai saat ini belm diketahui secara pasti dari mana asal-usul nama atau julukan ayam jawa super ini. Menurut pendengaran saya, bahwa induk ayam jawa super tersebut dari sebuah poultry shop di Yogyakarta. Namun, menurut pihak poultry shop yang bersangkutan, ayam yang berwarna hitam legam ini sekarang sudah tidak lagi diternakkan. Alasannya, ayam ini tidak begitu disukai konsumen alias kurang laku di pasaran.

Dengan ketekunan dan keuletannya, ia memelihara dan mencoba menetaskan telur-telurnya. Setelah mengamati berbagai kelebihan yang dimiliki ayam jawa super ini, ia mulai menawarkan kepada masyarakat sekitar. Setiap ada pameran pembangunan atau pameran satwa di seputar Purworejo, ia tidak lupa memamerkan ayam jawa super sebagai salah satu "produk unggulannya", disamping ayam arab, ayam kampung, dan ayam bangkok miliknya. Di samping itu, bersama dengan beberapa rekan sesama pemuda, ia gencar menyosialisasikan langsung kepada masyarakat mengenai keunggulan ayam ini. Dari pameran demi pameran dan upaya sosialisasi yang telah dilakukan, semakin terlihat antusiasme masyarakat yang cukup besar. Animo masyarakat untuk memelihara dan mengonsumsi telur dan dagingnya juga semakin tinggi. Bahkan hampir di setiap arena pameran, ayam jawa super miliknya selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.

Ditilik dari sosoknya, ayam ini pantas menyandang nama ayam jawa super. Ayam yang semua bulunya berwarna hitam legam ini sepintas mirip ayam kedu, tetapi bentuk tubuhnya mirip ayam ras atau ayam negeri, yakni pendek, besar dan gemuk. Bisa jadi ayam ini blasteran atau hasil persilangan antara ayam kedu dan ayam ras. Tidak hanya sosoknya, telur ayam jawa super juga mirip dengan telur ayam ras. Ukurannya agak besa dan berwarna putih kecoklatan. Namun, setelah merasakan dagingnya, orang pasti menyebutnya daging ayam kampung karena aroma dan rasa dagingnya sama persis dengan daging ayam kampung.

Barangkali karena keunikannya itulah, sebagian masyarakat Purworejo dan sekitarnya mulai tertarik untuk memelihara ayam bersosok gempal ini baik sebagai pedaging, petelur, maupun sebagai ayam peliharaan di pekarangan rumah. Kenyataan ini layak diperhatikan karena bisa menjadi tantangan bagi yang berjiwa bisnis untuk membuka usaha peternakan ayam jawa super.

Oleh Mas Bagong Mulyono & Purnomo Raharjo
GAMBAR KANDANG AYAM : Seluk Beluk Peternakan Ayam Broiler ~ Ayam broiler umumnya dipelihara dalam waktu 5-6 minggu dengan bobot tubuh antara 1,4 - 1,6 kg perekor. Akan tetapi, bobot ayam broiler dengan bobot lebih dari itu juga masih diterima konsumen, misalnya bobot tubuh antara 1,8 - 2 kg perekor yang memerlukan masa pemeliharaan antara 6 - 7 minggu.


Dalam hal ini keinginan konsumen harus dipelajari dahulu sehingga diketahui sampai bobot tubuh berapakah ayam masih bisa diterima oleh konsumen. Dari sinilah peternak dapat menduga berapa lama masa pemeliharaannya. Hal ini karena terdapat kaitan yang erat antara bobot tubuh, waktu pemeliharaan, dan pemasaran.

 Baca selengkapnya tentang Gambar Kandang Ayam atau ada yang ingin membuat Kandang Ayam

Dimulai dari pendeteksian di pasar untuk mengetahui bobot tubuh ayam dan diakhiri dengan masa pemeliharaan. Singkatnya waktu pemeliharaan inilah yang akan memudahkan peternak untuk merancang unsur teknis peternakan dengan pemasarannya. Dari hal ini pula dapat diprediksi mengenai kelancaran sistem prediksi dan dapat diketahui kapan kiranya modal akan kembali.

Waktu pemeliharaan inilah yang juga menyebabkan banyak pihak yang ingin berpartisipasi dalam bisnis ayam broiler. Biasanya, mereka ikut meramaikan pasaran di kalan akan panen dan menghilang lagi setelahnya. Merekalah yang disebut dengan peternak marginal atau peternak musiman. Oleh karena itu, jangan heran bila harga ayam broiler di pasaran naik turun dan selalu tidak menentu. Kejadian ini penting sekali dipahami agar mudah untuk mengatur dan menentukan jumlah ayam yang akan dipelihara persatuan produksinya.

Pengaturan jumlah produksi ayam ini memang berawal dari pasar sampai ke masalah teknisnya. Jumlah ayam yang ditentukan sesuai dengan perencanaan akan menentukan kepadatan kandang sehingga akhirnya menentukan jumlah kandang yang harus disiapkan dan tentunya juga terkait dengan persiapan penambahan jumlah tempat ransum, tempat minum, jumlah pakan, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.

Dengan demikian, biaya produksi juga dapat diketahui sehingga jumlah uang yang harus disiapkan permasa produksi dapat diprediksi. Sebagai contoh, bila satu tahun ada 48 minggu, dengan masa produksi 6 minggu dan masa kosong 2 minggu (untuk memutuskan siklus penyakit) atau total 8 minggu. Dalam masa tersebut sudah bisa dihitung-hitung biaya produksinya dan lebih jauh lagi sudah dapat diperkirakan modal akan kembali.

Oleh Dr. Ir. Muhammad Rasyaf